Kira-kira tiga bulan kemudian, Pak Candra kembali mengunjungiku dan memintaku agar mengajar Sara kembali. Tentu saja aku menerimanya dengan antusias sekali. Sudah terbayang rutinitas dengan Sara akan terulang kembali.
Ternyata Sara bilang sama teman-temannya kalau dia bisa begitu karena belajar denganku. Akhirnya Sari dan Rina memintaku mengajarinya. Karena jadwalnya ketat, akhirnya kuputuskan Senin, Rabu, Jum’at aku mengajari Sari dan Rina. Karena rumah Rina lebih dekat dengan rumahku, maka aku minta Sari yang datang ke rumah Rina. Selasa, Kamis, Sabtu aku mengajar Sara. Sedangkan jamnya adalah sama, dari jam 4 sampai jam 6 sore. Permainanku dengan Sara tidak perlu kuceritakan disini. Karena ini jatahnya Ketty, Sari dan Rina.
Pertama, aku akan ceritakan tentang Ketty dulu. Ketty itu orangnya agak bongsor. Kalau dia sedang berpakaian biasa, bukan pakaian sekolah, orang pasti mengira dia sudah SMP atau SMA. Hanya sifatnya masih kekanak-kanakan. Maklum masih kelas 6 SD. Tingginya hampir sama dengan kakaknya. Begitu juga dengan body-nya. Bukit kembarnya kira-kira sudah sebesar kakaknya. Sebesar bola tennis. Hanya wajahnya agak bulat bila dibandingkan dengan kakaknya. Itu saja. Yang lain hampir mirip dengan kakaknya. Jadi bisa dibilang bidadari kecil.
Masih ingat ketika Ketty memergoki aku dan kakaknya sedang bertempur..? Rupanya dia tidak bisa melupakan hal tersebut. Dia sering bertanya ke kakaknya, apa yang dilakukan. Tentu saja kakaknya bingung menjawabnya. Akhirnya Sara menyerahkan kepadaku untuk menjawabnya. Dan Ketty memendam pertanyaan itu sampai dia punya waktu berdua denganku.
Setiap aku mengajar Sara dan bertemu Ketty, dia sering mencuri pandang ke arahku. Dan setiap aku memandangnya, dia membuang muka. Malu. Sampai di suatu waktu, saat aku akan mengajar Sara, ternyata Sara tidak ada di rumah. Yang ada hanya Ketty dan pembantu-pembantunya. Ibunya seperti biasa sedang ke Pakistan. Sedang ayahnya, tadi telepon dan bilang pulangnya malam, karena ada pertemuan dengan orang Belanda.
“Sara kemana Ket..?”
“Tadi pagi Ketty liat dia bawa ransel besar. Katanya dia mau Persami di Cibubur. Pulangnya Minggu sore.”
“Lho dia kok enggak bilang sama Mas yaa..?”
“Yaa.., mana Ketty tahu Mas..!”
“Ya udah.., Mas pulang dulu yaa..?”
“Eehh, tunggu dulu Mas.., Ketty mau minta tolong nicchh..?”
“Tolong apa..?” tanyaku.
“Ketty mau nonton, tapi kok gambarnya jelek banget.”
“Ok deh.., mana videonya..?”
“Ada di kamar Ketty. Yuk ke kamar Ketty..!” katanya sambil menggandeng tanganku.
Ketty saat itu memakai daster rumah. Cukup tipis. Aku bisa lihat bayangan celana dalamnya. Saat dia menarik tanganku, aku sempat melirik ke dadanya. Dia tidak memakai kaos dalam atau BH. Karena aku bisa melihat segumpal daging putih dari lubang lengannya yang agak lebar. Walaupun dia masih anak-anak, tapi melihat itu aku merasa batang kemaluanku mengeras.
Sesampainya di kamar, aku kembali terkagum-kagum. Kamarnya sama persis sekali dengan kamar kakaknya. Ini baru kamar anak-anaknya, bagaimana dengan kamar orang tuanya..? Aku berkeliling melihat-lihat, masuk ke kamar mandinya. Lho.., sepertinya aku pernah lihat. Ternyata kamar mandinya bisa tembus ke kamar kakaknya. Jadi satu kamar mandi dipakai berdua. Pintunya terhalang sekat, jadi aku tidak tahu kalau ada pintu satu lagi.
“Mas kok muter-muter sih..? Khan kamar Ketty sama seperti kamarnya Kakak.” katanya agak kesal.
“Ini lho videonya yang rusak..!” sambungnya.
Aku lalu jongkok di depan videonya. Dia ikut-ikutan jongkok di sampingku. Aku hidupkan, masukkan video, ternyata mau jalan. Tapi gambarnya jelek sekali, begitu juga suaranya.Aku lihat kabel gambarnya. Ooo.., kabelnya hampir putus dimakan tikus.
“Kett, ini lhoo kabelnya hampir putus dimakan tikus.” kataku.
Mendengar kata tikus, ternyata dia kaget dan langsung memelukku. Aku yang tidak menyangka akan dipeluk begitu, jadi jatuh terguling. Secara refleks aku menangkap tubuhnya, sehingga dia jatuh di atasku. Terasa daging kenyal itu menyentuh dadaku. Dia bangkit dengan wajah merah padam.
“Maaf Mas.., enggak sengaja. Jadi di kamar Ketty ada tikusnya..?” dia bertanya.
“Ya.., mungkin aja. Ini buktinya, kabelnya dimakan tikus. Kamu beli aja racun tikus. Kamu ada kabel lain..?” tanyaku.
“Coba aku cari di gudang.” katanya sambil berlalu keluar kamar.
Sementara aku menunggu dia mencari kabel, aku berpikir, “Mungkin enggak ya.. Ketty mengintip perbuatanku dengan kakaknya dari kamar mandi..?”
“Kalau iya terus kenapa..? Ah.., sebodo amat ah.. kok jadi aku yang pusing.”
Lalu pandanganku melihat ke bawah rak TV, ada buku kecil. Aku ambil. Aku kaget lagi. ANY ARROW..! (bacaan stensilan tentang hubungan sex).
“Punya siapa ya..? Apa mungkin punya dia..? Dia kan masih kecil..?” batinku.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki. Cepat-cepat kusembunyikan lagi buku itu.
“Ini ada Mas, tapi lebih panjang.” katanya.
“Enggak apa-apa. Sini Mas coba..!” kataku.
“Kamu mau nonton film apa siihh..?” tanyaku sambil memasang kabel.
“Mickey mouse Mas. Kata temenku bagus.” katanya sambil memperhatikanku memasangkan kabel.
Setelah itu aku coba. Nah.. gambar dan suaranya jadi bagus.
“Mas.., temenin nonton yaahh..! Ketty enggak ada temen niihh.”
“Lho.., biasanya Kamu juga sendirian.” balasku.
“Mas khan jadwalnya disini sampai jam 6 sore, kadang-kadang lebih. Sekarang masih jam 4 lewat 10 Mas.” rajuknya.
“Iyaa deehh..,” aku mengalah.
Aku duduk di karpet bersandar ke tempat tidur. Ketty duduk di sebelahku. 10 menit berlalu. Tiba-tiba gambarnya berubah menjadi adegan sepasang manusia sedang berciuman.
“Kok gambarnya jadi begini..?” tanyaku.
“Enggak tau Mass..!” sahutnya sambil matanya terus melihat ke TV.
Adegan di TV semakin panas, kulirik dia. Wajahnya merah padam, nafasnya sudah semakin cepat, tetapi matanya tetap ke TV. Wajahnya jadi semakin cantik. Aku tidak tahan, maka kurangkul dia. Aku cium rambutnya, pipinya, lalu keningnya, hidungnya, matanya. Dia pasrah kucium begitu. Tanganku pun langsung meremas susunya. Sudah agak keras dan putingnya sudah terasa.
“Aaahh.., Mass.., Ketty mauu Mass..!” rintihnya.
Aku sedikit kaget, “Ketty mau apa..?” tanyaku.
“Mau seperti Kakak Sara. Aaahh, Maass.., sshshhs..!”
“Ketty sering mengintip Mas sama Kakak sedang maiin..” sambungnya.
Deg..! Jantungku seperti berhenti. Gawat niihh..!
Kulepaskan ciuman dan pelukkanku. Aku pandangi dia.
“Beneerr Ketty sering ngintip..?” tanyaku.
“Iyaa.., pertama waktu Ketty di kamar, Ketty dengar suara Kakak agak aneh, takut Kakak sakit, lalu Ketty masuk. Ternyata Mas sedang berantem sama Kakak telanjang bulat. Ketty lari.” katanya terbata-bata.
“Ketty tanya sama Kakak, tapi Kakak enggak mau ngomong. Terus Ketty tanya sama temen. Kata temen, Kakakmu itu sedang ngentot.” sambungnya.
“Terus setiap Kakak bersuara aneh begitu, Ketty ngintip dari kamar mandi. Ketty perhatiin kayaknya Kakak keenakan, bukannya kesakitan.” sambungnya lagi.
Aku diam saja. Tiba-tiba, “Maas.., Mas mau khan ngentot sama Ketty..?” tanyanya polos.
Terus terang saat itu aku bingung, akhirnya, “Ket, bukannya Mas enggak mau. Tapi Ketty khan masih kecil.”
“Kakak juga..! Kakak baru 13 tahun jalan 14, aku kan 2 bulan lagi 12 tahun.” balasnya sengit.
“Kalau Mas enggak percaya, lihat nich..!” sambungnya sambil membuka dasternya.
Maka terpampanglah dua bukit kembarnya yang baru tumbuh. Bentuknya bulat. Sangat indah dengan puting kecil berwarna coklat muda kemerahan. Pinggulnya sudah sama seperti kakaknya. “Oke.. Oke.., Mas mau. Tapi Ketty harus janji ya, jangan bilang sama Kakak..!” sahutku.
Siapa yang tidak mau ditawari perawan bidadari kecil yang lagi nafsu.
“Iyaa Mass.., Ketty janji..!”
“Eh.. pintunya dikunci dulu doongg.., nanti kalau ada yang masuk gimana..?” kataku.
Dia pergi mengunci pintu.
Aku jadi teringat Titin. Dia juga dulu baru 12 tahun saat pertama kusetubuhi. Tetapi bentuk badannya jauh lebih bagus badannya Titin. Lebih putih dan lebih terawat.
“Aku harus super hati-hati memperlakukan Dia..!” pikirku.
Harus tahap demi tahap.
Dia datang mendekatiku. Langsung kupeluk dia, aku pandangi mukanya, aku tatap matanya. Ada kesan pasrah dimatanya. Aku cium matanya, dia terpejam. Aku cium pipinya, keningnya, kukecup hidung, lalu makin mendekati mulutnya. Bibirnya pasrah menerima bibirku tanpa perlawanan. Aku selusupkan lidahku disela-sela giginya. Mulutnya sedikit membuka. Lidahku mulai menari-nari di lidahnya. Mulut dan ludahnya manis. Dia mulai menghisap lidahku. Lalu lidahnyapun mulai bergerak-gerak. Mulai melawan lidahku. Tangan kiriku masih mengelus2 punggungnya, tangan kananku dilehernya. Suasana hening, hanya desah napas kami yang terdengar. Kulepas ciumanku, kutatap matanya. Matanya sayu, nafasnya naik sudah agak memburu. Lalu tiba-tiba dia mencium bibirku dengan ganas. Pindah kemataku, lalu pipiku. Wajahku basah oleh ludahnya. Ciumanku kuturunkan ke lehernya. Dia menengadahkan kepalanya. Tangan kananku pun mulai meraba susunya. Kuusap-usap perlahan sampai puting kecilnya menonjol keras. Bergantian kiri dan kanan.
“Aaahh.., Maass.., eennaakk.. Maass..! Aaahh..!” dia mulai mengeluarkan suara desahan.
Lalu kugendong dia, kurebahkan ke tempat tidur. Kupandangi lagi tubuhnya. Seakan tidak percaya kalau bidadari kecil ini rela menyerahkan tubuhnya. Kupandangi susunya, betul-betul sempurna bentuknya, dengan puting kecil kemerahan yang menonjol di bukit putih mulus dengan guratan tipis urat-urat susunya. Payudara gadis mungil kecil yang belum tersentuh oleh jamahan lelaki manapun. Kucium bukitnya, dari lembah sampai mendekati puncaknya. Tanganku meremas yang satunya. Begitu berulang-ulang. Aaahh wanginya. Wangi khas perawan muda.
“Aahh.., Mass..! Aadduuhh..! Shshshsh..!” tubuhnya menggeliat sambil dadanya disorongkan ke atas, kedua tangannya menekan kepalaku ke dadanya.
Tanganku yang satu mulai menelusuri betisnya, naik secara perlahan-lahan ke arah pangkal pahanya. Bergantian kiri dan kanan. Terkadang kuremas perlahan pantatnya. Setiap kuremas, pantatnya terangkat ke atas. Lalu tanganku mulai mengelus-ngelus bibir kemaluannya dari luar CD cream-nya. Terasa lembab sekali. Pahanya mulai membuka lebar, seakan meminta tanganku untuk berbuat lebih jauh. Kuselusupkan tanganku ke dalam CD-nya. Kuselusuri garis lubang kewanitaannya dengan jari tengahku. Naik-turun, naik-turun. Lalu jariku kuselipkan ke celah hangatnya. Basah. Kuputar perlahan-lahan, sambil kucari-cari kedele-nya. Pantatnya bergerak seirama tanganku. Naik turun, ke kiri ke kanan.
“Adduuhh.. Mass..! Eenaakk Maass..! Aaahh..!” desahnya terus-menerus.
Berita Bola TerUp Date :
Berita Bola TerbaruPrediksi Pertandingan BolaHasil Pertandingan Bola